skip to main |
skip to sidebar
Setiap
manusia memiliki rasa takut untuk dilupakan. Setiap manusia mempunyai rasa
ingin dikenal. Maka menulislah . Kalimat tersebut juga senada dengan kalimat
dari seorang sejarawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer. “orang boleh pandai
setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dalam masyarakat
dan dari sejarah.” Selain itu juga menjadi penting untuk mengalahkan ketakutan
dalam diri dalam menulis dan merubahnya menjadi energi yang positif untuk
membawa diri ke dalam proses intelektual.
Begitulah
yang disampaikan oleh Muhammad Faris Alfadh, MA. dalam acara training menulis kreatif
yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di gedung AR. Fachrudin
B Universitas Muhammadiya Yogyakarta (UMY), Ahad (24/2). Acara ini diselenggarakan oleh IMM cabang A. R.
Fachrudin kota Yogyakarta dalam rangka
acara Semarak Milad IMM ke-49. Acara yang merupakan salah satu dari rangkaian
agenda Milad IMM ini bertemakan Wake Up
and Writing dimana para immawan-immawati diajak untuk menyadari arti
pentingnya menulis dan berkarya.
Training
menulis kreatif yang dihadiri oleh 100 peserta ini mengadirkan pembicara dari
dua orang yang tidak asing di UMY yaitu Muhammad Faris Alfadh, MA. dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) dan Fahd Djibran penulis buku best
seller yang juga merupakan alumni
Hubungan Internasional UMY. Mahasiswa UIN dan UII juga datang turut ikut serta
dalam acara ini.
Dalam
sesi pertama, Faris Alfadh memaparkan beberapa jenis tulisan dan teori lima (5)
tahap untuk menulis. Ia juga menjelaskan bahwa tiada yang abadi di dunia ini
kecuali karya. “Manusia tidak ada yang abadi dan hanya karya yang akan tetap
dikenang oleh dunia dan sejarah. Menulis adalah proses intelektual dimana hati
, pikiran dan jiwa bekerja untuk mendapatkan sebuah hasil yang dapat dirasakan,
dibaca dan berguna bagi orang lain.” paparnya. Atmosfer sedikit berubah ketika
pembicara yang merupakan salah satu penulis best seller yang sedang naik daun
ini memaparkan presentasinya. Fahd
Djibran menegaskan bahwa menulis adalah proses mencari dan mendengarkan, (discovery and listening). Kedua hal
itu merupakan pemacu proses intelektual dalam melihat dunia lebih luas dan
memahami yang ada di sekeliling. “menulis akan menjadi lebih mudah ketika
setiap orang dapat melakukan discovery
and listening secara baik dan memahami setiap hal dengan bijak.”tandasnya.
Acara
yang kurang lebih berlangsung selama 4 jam ini banyak memotivasi para peserta
untuk menyadari pentingnya generasi muda untuk menulis. Motifasi diri untuk menulis
tidak hanya didapat dari keinginan namun juga motifasi dari sesuatu yang tidak
akan goyah, seperti halnya berusahalah seperti karang, yang tak pernah goyah
walau diterpa ombak dan badai. Fahd juga memberikan penjelasan mengenai 4C.
Menulis dengan menggunakan 4C: content (isi), context (konteks), coherence (hubungan), and color
(gaya tulisan). 4C dapat
diterapkan di semua jenis tulisan yang penulis inginkan.
Hal
lainnya juga disampaikan bahwa menulis adalah komunikasi antar generasi. Menulis
merupakan sebuah pemikiran yang dibuat oleh seseorang di masa itu agar
diketahui jejaknya di masa yang akan datang. Cerita tentang peradaban tidak
akan hilang dan terus akan diketahui oleh generasi ke generasi, sehingga
menjadi sangat penting bagi generasi muda untuk mulai menulis. Training yang
diakhiri dengan pemberian cindera mata kepada para pembicara mendapatkan
apresiasi dari para peserta dan diharapkan akan ada aksi nyata setelah acara
ini usai. “menulis menjadi salah satu cara untuk lebih dikenal dan dihargai
juga semoga ada semangat baru untuk ‘follow up’ berkarya dalam menulis.”tutur Rudianto,
peserta seminar, usai acara. (Red)
Sumber: LPPM Nuansa UMY
No comments:
Post a Comment